Selasa

Kisah Aku, Kau Dan Langit


Malam ini, kuputuskan untuk menemani danau yang sendiri.
Mengumpulkan buku-buku hati dan membasuhnya dengan tetesnya yang bersahaja.
Segores catatan kecil itu terselip memohon dengan sedih untuk tak kuhapus,
Namun terlambat dan akhirnya kuucapkan maaf pada masa lalu,
Aku tak bisa kembali lagi.....

Jika bayangan air itu adalah kata,
Maka ia telah mengatakan bahwa aku bukanlah bulan yang hilang saat pagi.
Dan bukan pula embun yang kering saat mentari menyergap bumi.
Aku slalu ada, tak menyerah pada alam baka karna terabaikan oleh cahaya.
Dan aku tak butuh cahaya, matahari atau apapun.
Karena aku adalah bintang, dan mampu menyinari aku...

Malam yang dingin ini,
Apakah pertanda bahwa langit sedang menangis mencari bintang yang tak muncul bersamanya?
Aku tak tau jawabannya, aku hanya kedinginan,
berharap ada yang memberikan selimut hangat dan secangkir cokelat.
Ha... Ha... Ha...
Sederhana, bukan?

Kuntum teratai itu sepertinya tertawa berasamaku,
Tertawalah dalam dinginmu wahai bunga,
kelak ada waktu kau mengering dan tak bisa tertawa.
Malam ini aku menemani dan memberi bahagia.
Aku menyinari dan memberimu cinta.

Aku haus, bolehkah aku minum air dari danaumu?
Jika boleh, aku akan datang setiap hari.
Menemani dan membuat terataimu tertawa lagi.
Membasuh buku-buku hati yang belum sepenuhnya kosong.
Biarkan dia kosong dan aku akan menulis tentangmu.
Hanya tentangmu...

Sudahlah...
Sudah larut, aku ingin terlelap malam ini.
Namun aku akan menemanimu lagi besok.
Mungkin selamanya....


***salam cinta dari bintang terang untuk danau yang penuh cahaya***

0 komentar:

Posting Komentar

  ©Template by GReeNvaNiLLa2.